on Senin, Agustus 18, 2008 posted by Saikhu Baghowi 2 komentar

Seorang wartawan, yang boleh jadi terbiasa dengan desk politik, tentu dekat dengan narasumber politisi. Ketika proses rekruitmen pencalegan dilaksanakan, kasak kusuk mulai beredar, baik di kalangan wartawan sendiri maupun politisi. Wartawan ada yang mengincar jabatan politik (anehnya kenapa pilihannya selalu menjadi caleg), politisi berdasarkan kedekatan emosional maupun pantauan profesionalitas kerja mencari wartawan untuk diterjunkan ke dunia politik.

Seorang teman berujar kepada saya, "Apanya yang menarik jadi caleg? Anda akan bertarung dengan para politisi yang sudah kawakan. Anda akan terbatas privasinya, handphone disadap, jadi bulan-bulanan media kalau ke luar negeri. " Belum lagi, jika anda menjadi anggota DPR, ketika masa reses, anda turun ke daerah, maka logistik dan "gizi" harus anda siapkan.

Memang, anggota DPR bukan pemerintah, ia memang bagian dari pemerintahan. Namun ketika daerah anda yang anda kunjungi, membutuhkan masjid, sekolah, jembatan yang harus diperbaiki, penerangan jalan yang minim, dll maka anda akan ditunjuk sebagai mesiah "Pak Wakil Rakyat bantulah kami."

Belum lagi jika anda bertemu konstituen, di depan anda ia mengaku mencoblos untuk suara anda. Di belakang? No body knows.. Sang konstituen, atau yang mengaku konstituen anda, mungkin mengeluhkan istrinya yang sakit, anaknya yang butuh biaya sekolah, atau malah dia ingin cerai dari istri pertamanya dan berniat menikah lagi....

Jadi, apa menariknya menjadi caleg? Okelah, sekarang parpol mengedepankan suara terbanyak dibandingkan nomor urut, -- sebuah inkonsistensi dari politisi senayan sendiri saat memperjuangkan aturan main ini-- boleh jadi sang ketua umum berjanji akan mensupport anda secara logistik. Tapi, bayangkan anda melepaskan atribut kewartawanan, sebuah profesi yang bisa mengakses semua kepentingan.. Bayangkan, anda harus tunduk pada aturan yang mungkin suatu saat membelenggu nurani anda...

Hidup adalah pilihan... Jika ingin memaknai hidup ini berbuat untuk orang lain, predikat apapun yang melekat tak akan mempengaruhi sikapnya untuk rakyat dan bangsa...

on Rabu, Agustus 06, 2008 posted by Saikhu Baghowi 0 komentar

Todays Dialogue bukanlah program debat kusir yang tidak jelas juntrungannya. Program talkshow yang tayang di Metro TV setiap Selasa pukul 23.05 WIB ini lebih mengedepankan narasumber yang prominant yang mampu menjawab issue kontroversi yang tengah berkembang di masyarakat. Dialogue, memang diharapkan mampu menghasilkan solusi. Namun kami sadar, sulit rasanya mempertemukan perbedaan pendapat hanya dalam durasi 1 jam. Ibarat kata orang, "janganlah kau berpikir mampu mengubah dunia hanya dengan orang menonton TV." Oleh sebab itulah, motto Todays adalah, "menghargai perbedaan". Narasumber boleh berbeda pendapat dengan argumentasinya masing-masing. Kebenaran milik siapa, tentu pemirsalah yang paling menentukan.

Salam,

M Saikhu

on Selasa, Agustus 05, 2008 Label: posted by Saikhu Baghowi 0 komentar

Memperingati 10 tahun bergulirnya reformasi di Indonesia, MetroTV menayangkan edisi khusus untuk acara talkshow mingguan mereka, Today's Dialog, yang diberi tajuk Meretas Jalan Reformasi. Edisi ini disiarkan dalam dua seri, yang pertama pada Selasa (1/1/08) pukul 22.05.

Saya senang karena ada tokoh idola saya Amien Rais. Tapi, secara keseluruhan acara itu memang menyenangkan. Isi obrolannya sih, tentu sudah cukup bisa diduga --banyak pernyataan-pernyataan klise dan normatif. Tapi, apa kita bisa berharap lebih dari itu, dari sebuah talkshow televisi yang menghadirkan misalnya Wapres Jusuf Kalla dan mantan Panglima TNI Wiranto, sebagai narasumber? Bagi saya, kelebihan acara yang berlabel edisi khusus ini memang bukan pada "materinya" melainkan pada "ambiance" yang berhasil dimunculkannya.

Selain 3 nama yang sudah saya sebut di atas sebagai pembicara, MetroTV juga mengundang begitu banyak tokoh sebagai peserta. Senang melihat kembali Budiman Soedjatmiko yang makin ganteng dan modis saja (hehehe). Rama Pratama yang dulu di masa "pergolakan" adalah ketua senat UI kini telah menjadi anggota DPR dan menikmati berbagai fasilitas yang serba enak itu. Seorang tokoh muda pengamat hukum, Denny Indrayana datang jauh dari Yogyakarta dan berbicara dengan kritis.

Wiranto tiba-tiba tampak begitu bijak dan dalam setiap pernyataannya selalu berusaha menunjukkan bahwa dirinya pahlawan dalam konteks sejarah reformasi. Namun, ia bisa memberi sentuhan humor pada acara itu ketika tiba-tiba menyebut kata "hati nurani" yang bisa dimaknai sebagai promosi terselubung untuk partai yang didirikannya. Jusuf Kalla mementahkan hampir semua pernyataan orang lain dengan satu-dua kalimat bantahan khas seorang penguasa, namun bisa melucu juga dengan menyambut "curhat colongan" Wiranto tadi dengan mengatakan, "Hati nurani harus dibarengi dengan berkarya."

Amien Rais seperti biasa, blak-blakan dan tangkas, tak mau kalah menyahut, "Punya hati nurani dan berkarya percuma saja kalau tidak memperhatikan amanat rakyat."

Sayang, ada satu anggota DPR, dari partai Islam, yang terlalu serius dan garing dengan mempersoalkan, apakah Amrozi dan kawan-kawan bisa dipercaya sebagai pembuat bom, atau Amerika ada di balik itu?

Untunglah, pemandu acara Najwa Shihab dengan bagus sekali telah membawakan acara itu, membuat yang garing-garing jadi "basah" dan sindiran-sindirannya yang halus sangat mengena. Berkat kesiapan dan kesigapannya, Today's Dialog edisi khusus kali ini menjadi sebuah talkshow yang menghibur, tidak bertele-tele dan asik ditonton. Tapi, lebih penting dari semua itu: acara tersebut telah berhasil menjadi gambaran betapa setelah 10 tahun, sebagian besar dari reformasi kita hanyalah sebuah ironi.

Edisi ke-2 acara ini akan ditayangkan Rabu (2/1/08) pada jam yang sama, dengan fokus pembicaraan pada isu-isu ekonomi.

review dari blog http://rumputeki.multiply.com/reviews/item/32

on Selasa, Agustus 05, 2008 Label: posted by Saikhu Baghowi 0 komentar

Tahun 2008 akan segera kita songsong. Berarti era reformasi akan memasuki usai dasawarsa. Pantaskah stigma demokrasi yang kebablasan, pemberantasan korupsi yang terkesan tebang pilih, kemiskinan terus melekat di negara yang kita cintai ini?

Today’s Dialogue, sebuah acara talkshow di Metro TV ingin mencari jawaban dari persoalan-persoalan diatas. Tema ”Meretas Jalan Reformasi” yang dipandu oleh Najwa Shihab dan menampilkan narasumber Wakil Presiden RI – Muhammad Jusuf Kalla, Mantan Ketua MPR RI – Amien Rais, Mantan Pangab Jenderal (purn) Wiranto, mantan Gubernur Jakarta Sutiyoso, bersama analis dan aktifis politik seperti: M.Fadjroel Rachman, Budiman Sudjatmiko, Usman Hamid, Hendardi, Denny Indrayana, Aviliani, Drajad Wibowo, Anas Urbaningrum, dll. Acara ini diharapkan mampu memberikan sumbangsih yang berharga buat menatap bangsa ini di tahun 2008 dan tahun-tahun berikutnya menjadi lebih baik.

Jadi, jangan lewatkan Today’s Dialogue Eksklusif Edisi Akhir Tahun 2007 pada Selasa, 1 Januari 2008 mulai pukul 22.05 s/d 23.00 WIB dan Rabu, 2 Januari 2008 mulai pukul 22.05 s/d 23.00 WIB hanya di Metro TV!!

diambil dari situs fadjroel rachman
http://mfadjroelrachman.multiply.com/calendar/item/10005